Selasa, 26 Mei 2009
Misconception about Swine Flu
"Rather than call this swine flu ... we will hold the name of scientific technical influenza H1N1," said Dick Thompson WHO spokesman as statement of AFP news agency, Friday (1/5/2009). Swine flu virus was from the pig, but flu virus infecting in this time is a new virus strain that has genes from the human virus, birds and pigs. Scientist do not know how this virus move to humans. Virus spread from human to human, not from contact with pigs. Egypt has about 300 thousands slaughter of pigs in that country even though experts say that the flu is not related with pigs and do not spread with eating pork. In Paris, the World Animal Health Organization state, so far "there is no evidence of flu infection in pig and human direct from infected pigs."
This post has been translated with combination Google and High Definition Translator.
Senin, 25 Mei 2009
Babi Tidak Punya Akal
Belakangan ini, nama “FLU BABI” cukup santer di TV hampir setiap berita pasti ada. Tetapi hal ini menjadi kesalahpahaman hingga ribuan babi dibantai dan peternakan juga ditutup. WHO mengambil langkah untuk membenahi kesalahan informasi ini karena yang benar adalah Virus H1N1, yang menular dari manusia ke manusia bukan dari babi ke manusia. Semoga info ini berguna.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan penghentian istilah ‘flu babi’. Ini dilakukan karena istilah ‘flu babi’ telah menimbulkan kesalahpahaman hingga menyebabkan negara-negara melarang produk daging babi dan memerintahkan pembantaian hewan babi. Perubahan kebijakan WHO ini terjadi sehari setelah Mesir mulai melakukan pembantaian ribuan babi sebagai upaya keliru untuk mencegah flu babi. “Daripada menyebut ini flu babi… kami akan berpegang pada nama ilmiah teknis influenza H1N1,” kata juru bicara WHO Dick Thompson seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (1/5/2009).
Virus flu babi memang berawal dari babi namun virus flu yang mewabah kali ini merupakan virus strain baru yang memiliki gen dari virus manusia, burung dan babi. Para ilmuwan tidak mengetahui bagaimana sebenarnya virus ini berpindah ke manusia. Ditegaskan WHO, dalam wabah yang melanda saat ini, virus tersebut disebarkan dari manusia ke manusia, bukan dari kontak dengan babi.
Mesir telah mulai membantai sekitar 300 ribu ekor babi di negara itu meski para pakar mengatakan bahwa flu babi ini tidak terkait dengan babi dan tidak menyebar dengan memakan daging babi. Di Paris, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menyatakan, sejauh ini “tak ada bukti infeksi flu pada babi ataupun manusia yang terinfeksi langsung dari babi.”
Sabtu, 23 Mei 2009
Omega
Minggu, 03 Mei 2009
BIOKIMIA IPB
Bila kamu ingin mempelajari metabolisme lebih jauh, kamu dapat temukan ilmu yang namanya biokimia. Lo lo.. apalagi biokimia itu, baru yach di Indonesia? Boleh dibilang seperti itu sih, di Asia Tenggara saja katanya hanya ada satu di Indonesia yang mengadakan program S1-nya, tepatnya di IPB. Nama program studinya adalah "Biokimia" masuk Fakultas Matematika dan IPA (MIPA).
Mengapa tawarannya itu, supaya objektif kita telaah seluk beluknya:
Sejarah Biokimia IPB (atau yang berkaitan) secara kronologis:
1963 (1 September 1963) => Keppres no 279/1963: IPB didirikan, departemen Biokimia merupakan salah satu bagian dari Fakultas Kedokteran Hewan.
1983 (8 Desember s.d. sekarang) => Mendikbud no 1546/ 1983: jurusan Kimia didirikan di bawah FMIPA, penggabungan dari departemen Biokimia FKH dan departemen Kimia FMIPA.
1988 => Biokimia dibuat menjadi satu dari lima laboratorium di
bawah jurusan Kimia dan bertaggung jawab atas mahasiswa yang memiliki minat biokimia.
1999 => Program studi S1 Biokimia dibuka di bawah jurusan Kimia FMIPA.
2000 => Program studi S2 dan S3 biokimia dibuka di bawah jurusan biologi FMIPA.
2005 => SK Rektor no. 001/k13/pp/2005: Departemen Biokimia
didirikan dan bertanggung jawab mengelola mayor S1 dan S2
biokimia.
Nah, gimana kalau tulisannya dalam bentuk cerita,
seperti ini nich:
Sekitar tahun 90-an dibukalah Jurusan Kimia IPB. Sebagian besar Prof serta Dosen yang sebelumnya berada di bagian Biokimia FKH ini ikut bergabung dalam Jurusan Kimia IPB. Sebutlah namanya (kaya Bismillah aja) Prof. Mansur Hawab, Prof. Dondin, Prof. Maria Bintang, Prof. Norman. Bersama para Prof ini diajak pula beberapa jajaran dosen seperti Dr. Sulistyani dan Dr. Hasim. Setelah terbentuk, awalnya Biokimia hanyalah menjadi bagian jurusan Kimia sehingga mahasiswa dari jurusan Kimia yang ingin mengambil minat Biokimia dapat terlayani. Di tahun 1999, dibukalah pertama kali Program Studi Biokimia dibawah jurusan Kimia IPB. Entah siapa yang mengusulkan, tapi sepertinya saat itu yang banyak berperan dalam pembangunan Program Studi ini adalah Prof. Norman, Prof. Mansur dan Prof. Maria Bintang.
Dari sini bergabunglah beberapa dosen lain seperti Prof Tjang (agak lupa nama detailnya) seorang ahli kimia lingkungan. Dr. Made, Zaenal M.Si, Djarot M.Si, Edi Djauhari M.Si, dan Bu Linda M.Si. Selama berbentuk program studi Dr. Sulistyani adalah orang yang banyak berperan dalam menggerakkan program studi Biokimia secara umum. Karena beliau ditunjuk menjadi semacam pimpinan Program Studi Biokimia IPB.
Tahun 2005-2006, Prof Norman, Prof Maria Bintang, Dr. Sulistyani dan Dr. Hasim (Sewaktu itu sudah menjadi wakil dekan FMIPA IPB) mendorong agar program studi Biokimia terpisah dari Departemen Kimia IPB membentuk Departemen Biokimia. Jadi dimulailah mahasiswa angkatan 41 atau 42 sebagai mahasiswa departemen Biokimia angkatan pertama, walaupun sebenarnya mahasiswa program studi Biokimia sudah dimulai sejak angkatan 36.
Sabtu, 02 Mei 2009
Riset Prof. Babi: Gw berhasil buat virus influenza varian baru.
Ehm ehm…Anda boleh anggap tulisan di atas hanya bualan, tetapi cerita di atas ada benarnya. Babi adalah laboratorium biologis atau host dalam pembentukkan penyakit baru terutama yang menyerang manusia. Babi adalah pengembang penyakit bagi manusia sekaligus menjadi perantara (mediator). Babi hidup di tempat yang kotor, bahkan makanannya berupa kotoran. Hal ini berarti ia banyak atau sudah menjadi kebiasaan berinteraksi dengan kuman penyakit (bakteri atau virus), sehingga dapat memberikan kesempatan bagi kuman penyakit dalam mengembangkan sistem serangan yang baru. Hal ini sama dengan pemakaian antibiotik yang sama atau relatif sama dalam jangka waktu lama dapat membuat kuman penyakit (bakteri atau virus) kebal terhadap antibiotik tersebut. Uniknya lagi, babi memiliki organ yang lebih mirip manusia. Alasan ini juga yang mendasari transplantasi jantung memakai organ babi. Hal ini berarti babi memiliki contoh (sampel) uji biologis (berupa tubuhnya sendiri) untuk pengembangan penyakit yang dapat menyerang manusia. Babi mudah tumbuh, berkembang biak, mudah beradaptasi, dan mudah diberi makan sehingga dapat menjadi ternak yang baik. Interaksi ternak dan konsumennya menjadi menjadi jalan perantara babi dengan manusia.
Berdasarkan ilmu kimia obat yang saya pelajari, manusia lebih mirip babi daripada monyet. Lihat saja kulitnya, kulit kita lebih mirip dengan kulit babi dibandingkan dengan kulit monyet. Berdasarkan ilmu virologi, virus tidak sembarang menyerang sembarang organ atau makhluk (inang). Virus menyerang bila terdapat reseptor, yaitu molekul organik yang dapat dikenali virus sebagai tempat/inisiasi penyerangan. Artinya, virus tertentu hanya bisa menyerang tumbuhan saja atau hewan saja, virus hewan tertentu tidak bisa menyerang hewan lain karena perbedaan reseptor tersebut. Babi mempunyai reseptor yang sama dengan reseptor saluran pernapasan burung sehingga dapat diserang flu burung. Hal yang lebih mengejutkan, ternyata babi juga mempunyai reseptor yang sama dengan saluran pernapasan manusia. Bila babi menjadi lemah atau kalah dalam melawan virus flu burung, maka virus flu burung selain menggandakan diri, ia sekaligus akan belajar beradaptasi dengan reseptor manusia yang terdapat pada babi. Artinya, babi menjadi mediator/laboratorium dalam pengembangan influenza varian baru.
Penyakit influenza merupakan penyakit yang belum ada obatnya sampai sekarang. Penangkalnya hanya kekebalan tubuh kita sendiri. Obat flu yang beredar di pasaran bukan langsung mengatasi flu ini melainkan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Gejala serangan virus ini seperti demam, batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan serta sesak napas yang disertai mual,muntah dan diare. Berbeda dengan virus komputer, selain tidak ada antivirusnya, virus ini juga tidak kadaluarsa oleh zaman. Virus ini terus berkembang melalui mutasi acak terorganisir, sehingga mampu bertahan hingga berabad lamanya.
Sekarang ada varian baru virus influenza, yaitu H1N1. Serangan virus ini disebut “flu babi”. Pertanyaan selanjutnya adalah lebih ganaskah flu babi dibandingkan dengan flu burung. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, bahwa virus flu babi (H1N1) tidak terlalu ganas dibandingkan dengan virus flu burung (H5N1). Tingkat persentase kematian yang disebabkan virus H1N1 sekitar 6 persen, sedangkan virus H5N1 mencapai 80 persen. Meksiko yang memiliki bagian daerah subtropis dan tropis saat ini telah menemukan lebih dari 1.450 kasus. Berbeda dengan pernyataan pakar lain, flu babi dinyatakan lebih berbahaya karena kemampuan menularnya. Flu babi tidak hanya menular melalui sumber inangnya saja, tetapi juga dari manusia ke manusia. Jadi sekarang tersangkanya bukan hanya babi saja, tetapi juga manusia.
Apa tujuan dari virus biologis ini. Ia menggandakan diri (seperti berkembang biak) untuk membuat dirinya ada (eksisten) di dunia ini, padahal ia tidak punya nafsu hidup dan akal untuk menentukan tujuan keberadaannya. Virus komputer jelas dibuat dengan tujuan bentuk ekspresi atau adu kemampuan bakat para maniak komputer dan komersialisasi antivirus. Salah satu alasan yang paling mungkin mengenai keberadaan virus adalah ada yang sengaja menciptakannya untuk tujuan tertentu yang dikehendakinya.Bukan saya yang akan memberitahukan siapa yang menciptakannya (rahasia perusahaan), andalah yang harus mencarinya jika anda punya pikiran “Mengapa saya ada dan hidup di dunia ini?”.